Sabtu, 10 Desember 2011

HIDUP YANG BERARTI

Amsal 16:4 :
TUHAN membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing,
  
bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka.
Buku Renungan Manna Sorgawi menceritakan sebuah Ilustrasi : tentang seorang yang bernama Nancy Jones di Eropah Tengah, yang memiliki umur yang panjang. Dan ketika ia meninggal, reporter berusaha mencari tahu tentang hal-hal istimewa yang ia lakukan yang pantas untuk dikenang... ternyata tidak ada hal-hal yang istimewa yang pantas dikenang. Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa umur yang panjang tidak menjamin bahwa hidup kita berarti. Kita tentu menginginkan bahwa hidup kita, entah panjang atau pendek adalah hidup yang berarti.

Rick Warren dalam bukunya mengatakan bahwa ada 3 level  / cara manusia menjalani hidupnya. Dan bahwa kita pasti akan menjalani hidup dengan salah satu dari ketiga level tersebut.
3 Level tersebut adalah :
  1. Level Bertahan. Sekedar ada, menjalani kehidupan secara rutin dari hari ke hari, hanya sekedar bertahan, menghabiskan waktu dalam hidupnya, menunggu kematian menjemput.
  2. Level Sukses. Orang pada level ini adalah orang yang berhasil.  Memiliki hidup yang nyaman, sehat, sukses dan bermartabat. Tapi banyak dari orang yang menjalani hidup dengan level ini berkata : “Jika saya begitu sukses, mengapa saya tidak merasa puas??” Jawabannya adalah dibutuhkan lebih dari sekedar sukses dan status… untuk bisa merasa puas.
  3. Level Berarti. Orang pada level ini tidak harus selalu menjadi sukses… tetapi level ini lebih menekankan pada apa yang kita lakukan dalam / dengan hidup kita, dimana pada akhirnya kita merasa puas.
Nah sebagai orang percaya, kita tentu rindu menjalani hidup kita pada level yang ke 3 yaitu  hidup yang berarti ”.

Untuk itu kita perlu menyadari bahwa Tuhan menciptakan kita manusia dengan Tujuan. 
Amsal 16:4
“ Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuatNya untuk hari malapetaka”.

Dengan kata lain : segala sesuatu ada tujuannya. Kita  manusia diciptakan Allah dengan tujuan… dan hidup kita akan berarti apabila kita hidup sesuai dengan tujuan Sang Pencipta kita, yaitu Allah (Rick Warren).

Ilustrasi : Sebuah benda (misalnya : Motor, Bak air, dll) akan berarti apabila ia dapat berfungsi sesuai dengan tujuan sang pembuat. Jadi sebagus, sebesar dan semahal apapun… apabila ia tidak berfungsi sesuai tujuan…benda tersebut tetap tak berarti.

Demikian pula manusia, memiliki umur yang panjang, sukses, terkenal, memiliki segalanya …tetapi apabila ia tidak menjalani hidup sesuai dengan tujuan Allah Sang Pencipta … akan menjadi sia-sia.

Tujuan hidup manusia dapat disederhanakan menjadi :
  1. Tujuan Ke Atas (UP) : Matius 22:37 yaitu Mengasihi, Menyembah dan Mengutamakan Allah… Melayani Allah.
  2. Tujuan Keluar (OUT) : Matius 22:39 yaitu Mengasihi & melayani sesama.  (a) Dalam lingkungan yg dekat : sesama org percaya, Galatia 6:10, Efesus 2:10. (b) Dalam lingkungan yang jauh : Memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya, Matius 28:19-20.
  3. Tujuan Ke dalam (IN) : Efesus 4:13-15 Bertumbuh dalam karakter menjadi serupa dengan Kristus.
Tuhan Yesus sang Guru agung kita memberikan teladan yang sangat indah kepada kita. Tuhan Yesus, walaupun umurnya pendek, namun hidupnya sangat berarti. Bagaimana kita mengetahui hal tersebut? Dalam sepanjang hidupNya, dan di dalam setiap peristiwa Tuhan Yesus sadar akan tujuanNya datang ke dunia ini.
Perhatikanlah :
  • Usia 12 tahun di Bait Allah, Tuhan Yesus berkata kepada maria dalam Lukas 2:49 Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Frase “Berada dalam rumah BapaKu” memiliki pengertian berada dalam urusan BapaKu.  Sejak masa mudaNya, Tuhan Yesus menyadari dengan sungguh bahwa Ia datang ke dalam dunia adalah dalam rangka melaksanakan urusan Bapa. 
  • Percakapan dengan perempuan Samaria. Saat para murid menawarkan makanan dan Tuhan Yesus dalam keadaan lapar. Tuhan Yesus justru berkata kepada para murid dalam Yohanes 4:32 :"Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Dan dilanjutkan dalam Yohanes 4:34 : "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Dari sini kita melihat bahwa bagi Tuhan Yesus makananNya adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikannya. 
  • Saat Tuhan Yesus berbicara tentang orang yang buta sejak lahir, dalam Yohanes 9:3-4. Ketika para murid bertanya : "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?" Tuhan Yesus menjawab bukan karena dosa siapa-siapa… melainkan supaya pekerjaan Allah dinyatakan di dalam orang tersebut. Lalu Tuhan Yesus menegaskan bahwa : “Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang; akan datang malam, di mana tidak ada seorang pun yang dapat bekerja”, Yohanes 9:4.
  • Dalam Markus 10:45 Tuhan Yesus mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberi nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.
  • Dalam Matius 16:21-23 Ketika Tuhan Yesus memberitahukan bahwa ia akan mengalami banyak penderitaan dan bahkan akan dibunuh: Petrus menarik Tuhan Yesus ke samping dan berkata "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." Tuhan Yesus menegur Petrus dengan keras dan berkata : "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia." Tuhan Yesus menyadari bahwa Ia harus menjalani semua penderitaan bahkan sampai mati di kayu salib; untuk menyelamatkan manusia yang berdosa.
  • Dan dalam Yohanes 19:30 di atas kayu salib menjelang kematianNya, akhirnya Tuhan Yesus mengatakan “sudah selesai”. Artinya tugas penyelamatan terhadap manusia yang berdosa, yang diembankan Bapa kepadaNya telah selesai.
Dengan demikian, walaupun singkat, hidup Tuhan Yesus sangat berarti.
Hidup kitapun akan berarti bila hidup kita sesuai dengan tujuan Allah. Selamat menjalani hidup yang berarti. Tuhan Yesus memberkati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar